DumaiHeadlines.com – Agoes Budianto, yang lebih dikenal dengan nama pena Agoes S. Alam, bukanlah sekadar figur lokal biasa. Dia merupakan sosok multifaset yang berhasil menjembatani dunia aktivisme buruh, analisis kebijakan fiskal daerah, dan inovasi kebudayaan.
Penunjukannya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kota Dumai periode 2025–2030 menempatkannya sebagai tokoh kunci yang mengusung visi cultural power di tengah tantangan kota industri dan disrupsi teknologi.
Profil ini mengupas dimensi filosofis dan langkah konkret Agoes S. Alam yang kini menjadi pemikir terdepan dalam menjaga identitas budaya Melayu Riau.
Wawasan Baru: “Cultural Power” dan Metafora Air Selat Malaka
Agoes S. Alam dikenal bukan hanya sebagai praktisi seni, melainkan sebagai pemikir yang memegang teguh konsep “Cultural Power“. Baginya, seni adalah kekuatan utama untuk mempertahankan identitas lokal Melayu di tengah ancaman homogenisasi budaya yang dibawa oleh status Dumai sebagai kota industri multikultural.
Visi futuristik Agoes diperkaya analisis Prof. Dr. Yusmar Yusuf, M.Phil, seorang fenomenolog ternama. Prof. Yusmar menggambarkan Agoes sebagai pemimpin kesenian yang ideal di era disrupsi, yang mampu bersikap “seperti air laut di Selat Malaka”.
“Sosok yang ideal itu harus seperti air laut di Selat Malaka yang tetap asin (identitas Melayu yang kuat) meski terus menerima aliran sungai-sungai peradaban dari berbagai penjuru (inovasi global dan teknologi),” jelas Prof. Yusmar Yusuf, menukil oiketai.com.
Pemikiran ini menekankan pentingnya merangkul kemajuan, termasuk Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI), untuk memperkuat nilai-nilai dasar kesenian, bukan menggerusnya.
Inovasi Konkret: Dari Virtual Reality hingga Perjuangan Fiskal Daerah
Komitmen Agoes terwujud dalam langkah-langkah strategis di dua sektor utama: budaya dan ekonomi kerakyatan.
1. Terobosan Seni dengan “Dumai Metaverse”
Sebagai nakhoda baru DKD Dumai, Agoes meluncurkan gagasan spektakuler, yakni Festival “Dumai Metaverse”. Inisiatif ini menandai terobosan besar dalam menggabungkan seni pertunjukan tradisional dengan teknologi virtual reality.
Terobosan ini tidak hanya mengatasi kesenjangan teknologi antara seniman urban dan pedesaan, tetapi juga memposisikan seni Dumai agar dapat menarik perhatian komunitas digital di tingkat nasional.
2. Advokasi Hak Daerah dan Ekonomi Proletar
Di sisi advokasi, Agoes adalah figur sentral sebagai Ketua Tim Perjuangan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas Kota Dumai. Baru-baru ini, dia vokal mendukung usulan Gubernur Riau mengenai skema take on product untuk DBH daerah, meyakini skema tersebut akan memberikan dampak positif multidimensi —mulai dari penguatan ekonomi hingga perluasan akses pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat Riau.
Latar belakangnya sebagai aktivis buruh pelabuhan dan Ketua Koperasi Jasa TKBM Pelabuhan Dumai menjamin kedekatannya dengan isu-isu masyarakat akar rumput. Ini tercermin dalam salah satu fokusnya: membangun dan membina seni-seni marjinal serta komunitas yang selama ini terabaikan secara sosial.
Jejak Intelektual Terekam dalam Tinta
Agoes S. Alam bukan hanya pemimpin organisasi, dia juga seorang intelektual produktif. Karya-karya non-fiksinya menjembatani analisis kebijakan konkret dengan filsafat politik:
- “Dumai Dapat Apa?: Catatan Historia Perjuangan DBH Migas Kota Dumai“: Menyoroti perjuangan fiskal daerah.
- “Vox Critica: Refleksi Filosofis tentang Banalitas Bernegara“: Menawarkan refleksi filosofis yang mendalam tentang negara.
Sementara di ranah sastra, sentuhan Melayu yang kental terasa dalam “Catatan Kecil dari Kampong Melayu” dan “Renjisan Pemikiran Budak Melayu“. Keberagaman karyanya, yang bahkan merambah musik (mini album ASA Project) dan analisis persaingan usaha (“Ada Apa dengan KPPU“), menunjukkan Agoes sebagai figur yang menolak dibatasi oleh satu disiplin ilmu saja.
Dengan perpaduan latar belakang akuntansi yang analitis, yakni lulusan DIII Akuntansi dari Akademi Akuntansi Riau dan S2 Management Accounting di Universiti Kebangsaan Malaysia (belum selesai) dan dunia seni yang humanis, Agoes S. Alam kini menjadi mutiara budaya yang siap menjaga keaslian budaya Dumai sekaligus memancarkan kilaunya ke dunia global.
Sumber: oiketai.com